Keripik Singkong Bang Ujo

Seperti biasa bang Ujo, pedagang keripik Singkong itu sudah membuka lapak dagangannya setiap jam lima sore diujung gang Sejahtera. Wajan besar berisi minyak panas sudah dipenuhi gelombang irisan singkong. Isterinya membantu membungkusi keripik-keripik singkong yang beraneka rasa itu. Ada yang ditaburi garam saja. Maupun di balado. Rasanya yang renyah dan gurih menggoda pembeli untuk menghampiri gerobak mang Ujo. Perbungkus harganya sangat terjangkau oleh anak-anak maupun dewasa.

"Mang Ujo, beli keripiknya yang bungkus kecil. Jangan yang pedes." kata Ibrahim, lalu dia memberikan uang logam seribu rupiah pada bang Ujo. "Iya den Im. Ini keripiknya. Ini kembaliannya limaratus rupiah," kata bang Ujo memberikan bungkusan kecil keripik seharga lima ratus rupiah. "Satu lagi aja bang Ujo buat teh Dewi. Teteh suka yang pedas," lanjut Ibrahim. Isteri mang Ujo memasukkan keripik-keripik tersebut dan menggantungkannnya di stang sepeda Ibrahim. "Hati-hati ya Im. Terimakasih Nak, " pesan isteri mang Ujo. Ibrahim meninggalkan lapak mang Ujo.

Ditengah perjalanan pulang, sebuah taxi menyenggol sepeda Ibrahim. Untunglah Ibrahim tidak terluka, sepedanya pun tidak apa-apa. Tapi keripiknya hancur berantakan masuk ke gorong-gorong. Dia tidak mungkin mengambilnya. Supir taxi itu keluar dan ternyata ayahnya. "Maafkan ayah Nak. Kamu nggak apa-apa kan?" tanya ayahnya sambil membantu Ibrahim. "Nggak apa-apa yah," kata Ibrahim sambil membersihkan celana pendek merahnya dari debu. "Nanti kalau menggoes sepeda itu jangan ditengah jalan. Yah. sudah ini bapak kasih lima ribuan. Kira-kira dapat berapa keripik ya Im?" tanya bapaknya. " Kalau yang ukuran kecil ini lima ratusan pak, ya dapat sepuluh pak. Tapi kalau yang ukuran sedang seribuan, dapat lima kantong. Kalau yang paling besar harganya dua ribu lima ratus rupiah ya dapat dua kantong pak." " Ya sudah. Belikan untuk kami tiga ribu. Yang dua ribu untuk kamu." kata bapak. "Terimakasih pak. Berarti beli yang kecil saja ya pak, dapat enam kantong," kata Ibrahim. " Loh kan kita hanya berempat Im. Bapak, kamu, ibu dan teh Dewi. Dua lagi untuk siapa?" tanya bapak. "Untuk teman-teman Iim pak," jawab Ibrahim. " Ya sudah sana. Hati-hati," kata Bapak.

Ibrahim kembali menggoes sepedanya ke lapak mang Ujo untuk membeli keripik singkong yang terkenal dilingkungannya.



Pesan Moral:
1. Belajar berhitung
2. Mengenal nilai uang
3. Berhati-hati bila bersepeda.
4. Menabung
 
HTML Guestbook is loading comments...

Cerita untuk Anak

Archive