Dundy dan Plastik


"Hallo, apa kabar Dundy, " sapa Mas Plastik kepada Dundy.

"Kabar baik. Kamu siapa ya? Dari mana engkau tahu namaku Dundy?" tanya Dundy pada Mas Plastik.

"Dundy sekumpulan dedaunan kering yang jatuh dari pohon. Engkau jatuh mongering tiada yang memperhatikanmu tetapi engkau tetap berjasa menjadi kompos secara alami. Siapa yang tidak kenal engkau Dundy," jawab Mas Plastik.

"Ha ha ha, kamu bisa saja. Sudah fitrah kami jatuh dan mengering bersatu dengan tanah untuk menyuburkan tanah kembali. " Jawab Dundy.

"Iya kamu memang pahlawan bagi kesuburan tanah, Dundy. Tidak seperti aku yang selalu menjadi kambing hitam banjir. Karena diriku yang telah terpakai dan dibuang oleh manusia tidak bisa menyatu secara alami dengan tanah tidak seperti engkau, Dundy. Aku iri padamu." Papar Mas  Plastik berlinangan air mata.

"Sabarlah kawan, bagaimanapun engkau telah berjasa lihat engkau membungkus apa saja. Diriku paling untuk membungkus pepesan." Kata daun pisang yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka.
"Kalau aku hanya mampu menghirup debu jalanan dan menyegarkan lingkungan saja. Aku tidak bisa membungkus dan memberi harum seperti daun salam." Kata Dundy
"Sudah! Sudah kita jangan banyak mengeluh dengan kekurangan kita. Kita harus mensyukuri karunia ini. Kita diberikan masing-masing kelebihan. Kekurangan yang kita miliki bukan untuk dikeluhkan tetapi untuk disikapi dengan bijaksana, Kawan." Kata Daun Pisang.
"Bagaimana caranya?" tanya Dundy.
"Ah, paling setelah habis dipakai lalu diriku dibuang ke sungai dan menghambat jalan air. Kemudian banjir. Aku yang disalahkan!" keluh Mas Plastik.
"He he, ikhlaskan saja yang penting kita memberikan yang terbaik yang kita mampu. Dan memohon pada yang Kuasa agar manusia-manusia yang memiliki akal dari kita mengelola kita sebaik mungkin. Bukan begitu, Kawan?" kata Daun Pisang.

~

Moral: Selalu bersikap optimis dan bersyukur dengan karunia Tuhan



HTML Guestbook is loading comments...

Cerita untuk Anak

Archive